IMG-LOGO
Home Advertorial Pesut Mahakam Terancam Punah, DPRD Kaltim Desak Penegakan Hukum Lingkungan
advertorial | DPRD Kaltim

Pesut Mahakam Terancam Punah, DPRD Kaltim Desak Penegakan Hukum Lingkungan

Mikhail - 27 Juni 2025 09:48 WITA
IMG
Penemuan bangkai Pesut Mahakam yang ditemukan di kawasan perairan dekat Jalan Selamet Riyadi, Samarinda (IST)

POJOKNEGERI.COM, SAMARINDA - Ancaman kepunahan terhadap Pesut Mahakam, mamalia endemik Sungai Mahakam, semakin nyata.


Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Sarkowi V Zahry, meminta semua pihak segera bertindak sebelum spesies langka ini benar-benar menghilang dari perairan Borneo.

Menurut Sarkowi, saat ini populasi Pesut Mahakam diperkirakan hanya tersisa sekitar 60 ekor.


Padahal, secara global jumlah pesut atau Irrawaddy dolphin mencapai sekitar 80 ribu ekor.


Situasi ini, kata dia, harus menjadi alarm bagi pemerintah dan masyarakat Kalimantan Timur.

“Pesut Mahakam bisa punah kalau kita terus diam. Penegakan hukum lingkungan lemah, itu akar masalahnya,” ujar Sarkowi, Kamis (26/6/2025).

Sarkowi menyoroti aktivitas di sepanjang Sungai Mahakam sebagai faktor utama merosotnya populasi pesut. Mulai dari lalu lintas kapal tongkang batu bara, pencemaran dari pertambangan, hingga kerusakan habitat akibat proyek industri, menjadi pemicu stres dan migrasi pesut dari wilayah asalnya.

“Pesut itu sensitif. Seperti manusia, mereka bisa stres. Suara bising dan polusi kapal membuat habitatnya rusak,” terangnya.

Gangguan tersebut, lanjutnya, menyebabkan pesut menjauh dari area yang dulu merupakan habitat utama mereka di Mahakam.

Padahal, menurut politisi Partai Golkar itu, regulasi sebenarnya sudah tersedia.


Baik dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) maupun aturan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).


Namun sayangnya, penerapan di lapangan dinilai sangat minim.

“Perda ada, regulasi juga ada. Tapi kalau tidak ditegakkan, ya sama saja. Populasi pesut akan terus menurun,” tegasnya.

Sarkowi mengingatkan bahwa penyelamatan pesut Mahakam tidak bisa dibebankan hanya pada satu pihak saja.


Ia menyerukan kerja sama multipihak yang melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, hingga pelaku industri.

“Ini tanggung jawab bersama. Kita semua punya peran menjaga lingkungan dan melindungi ikon Kalimantan Timur ini,” ujarnya.

Lebih dari sekadar simbol daerah, pesut Mahakam memiliki peran ekologis vital.


Mereka merupakan indikator penting kesehatan ekosistem sungai, sekaligus bagian dari rantai makanan alami di perairan Mahakam.

“Kalau pesut hilang, itu artinya ekosistem kita sedang sakit. Maka dari itu, jangan tunggu sampai mereka benar-benar punah,” pungkas Sarkowi. (adv)